Monday, September 26, 2011

selamat :)

selamat atas terpilihnya Rakanda Yoga Pratama sebagai Ketua Umum HmI Komisariat STT Tekstil periode 2011-2012. semoga senantiasa membawa Komisariat menuju arah yang lebih baik lagi.



Hendi Agustian, kepada Yoga Pratama



Jumat, 23 September 2011


undefined

wiken ter-asyik versi on the spot (part dua: end)

Tanpa disadari kebetean mulai merasuki jiwa dan raga saya, tanpa suara, ketika saya menyadari bahwa hampir separuh pakaian saya basah karena hujan! Rrrrrrgh... beteeeeeee!!! Ini betenya juga bukan bete ajah tapi bete banget! Lo tau saat paling menyebalkan naik motor adalah ketika hujan berkerjasama dengan macet. Mending buka baju mandi sekalian deh lu, udah kepalang basah abis gitu.

Sedikit lagi sudah akan sampai ke Kedai Mangga. Efek terburuk dari saat-saat terburuk seperti ini adalah: Kedai Mangga mendadak seolah-olah pindah posisi jadi lebih jauh 2 kali lipat dari yang seharusnya. Dan kebasahan yang melanda ini juga menjadi 2 kali lebih parah dari yang seharusnya. Tapi syukurlah, rumah makan sunda yang nggak ada hubungannya sama sekali dengan mangga itu sudah sukses kami capai (saya dan kak dena).

Ternyata beberapa dari kami sudah sampai di Kedai Mangga, cekakak-cekikik sambil duduk di kursi lesehannya dan mengunyah lembar demi lembar pepes otak-otak. Dan satu hal yang saya sesalkan dari mereka adalah bahwa mereka... kering. Sementara saya rasanya kepingin memeras baju dan menjemurnya di suatu pojok di rumah makan itu, tapi lalu saya menyadari kalau hal itu sangat tidak mungkin. Jadi saya cuma bisa pasrah dan menunggu baju ini kering.

Berulang kali Kak Dena memandang saya kasihan dan meminta maaf karena saya kebasahan, seolah-olah hujan yang mendadak turun ini adalah kesalahannya dan ia bertanggungjawab untuk itu.

Tak beberapa lama kemudian Kak Feri dan Fitpur sudah tiba dengan Fitpur yang memakai jaket Kak Feri. Rupanya ia juga kebasahan! Kami duduk bersebelahan, merasa ikatan nasib erat yang mempersatukan saya dan Fitpur karena sama-sama bete karena basah kuyup. Kami merasa jika cobaan ini dihadapi berdua maka segalanya akan menjadi lebih mudah. Sinetron abis...

Kami menunggu cukup lama di kedai mangga yang nggak ada mangganya itu sampai akhirnya anggota komisariat kami terkumpul semua. Dan beberapa alumni pun datang. Oke, beberapa dalam hal ini artinya adalah ‘dua’. Dari kira-kira 20 list alumni yang hendak diundang ke acara HBH ini akhirnya hanya menyisakan, (the one and only) Pak Gunawan yang paling setia mensupport acara-acara kami. Sebenarnya walau sudah sangat sering mendapat kesempatan berdiskusi dengan Pak Gunawan, rasanya ilmu dan bahan obrolan kami tidak pernah ada habisnya.

selain itu kita juga kedatangan Teh Silvani yang juga merupakan alumni Komisariat yang sekarang bekerja di Balai Besar Tekstil (BBT), dan tak lupa seorang tamu istimewa yaitu kawan SMA Ka Yoga dari Cirebon yang sekarang juga aktif di HmI Komisariat Fakultas Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). mmm... correct me if I'm wrong yah.

sore itu benar-benar menyenangkan! banyak sekali ilmu yang kami dapatkan di pertemuan yang singkat itu, walaupun sempat terganggu oleh tetesan air hujan yang tidak bisa dibilang ringan, tapi masing-maisng dari kami terlihat sangat menikmati acara sharing, makan, dan berbagi ilmu itu. tak terasa hari sudah semakin sore, sudah mendekati waktu maghrib sampai akhirnya kami menyadari sudah saatnya kami berpisah.

waktu, musuh abadi setiap makhluk itu dengan teganya memutus dan memisahkan sekumpulan orang yang sesungguhnya masih sangat ingin bersama. tapi walaupun bill pelayan sudah dibayar, biaya parkir halaman restoran pun sudah dilunasi, masing-masing dari kami masih enggan menyudahi pertemuan ini. sampai akhirnya ada yang tiba-tiba berceletuk ingin malam mingguan bersama Komisariat. entah siapa yang mencetuskan ide ini. semuanya mencurigai saya, tapi demi Allah, bukan saya pelakunya! tapi syukurlah ide ini disambut baik. Ceceu Dilia, pelaku sebenarnya kejadian ini bisa bernapas lega. kami semua sepakat untuk menonton film di bioskop guna mengisi malam minggu yang panjang ini.

eh tapi tidak semua, ada juga yang langsung pulang karena memang keadaannya tidak memungkinkan bagi mereka untuk ikut main, seperti Fitpur, Teh Ami, Teh Isti, dan Teh Wina. mari kita absen satu-satu yang ikut menonton film hari itu. ternyata memang geng pengajian yang ikut nonton... (Dilia, Tara, Kak Anwar, Kak Feri, Kak Yoga, Ketum Hendi, Kak Dena, Yogie, dan Kak Anta). yah bisa dibilang geng pengajian goes to bioskop yah...

kami memutuskan untuk nonton film di Braga. selain karena murah, nonton disitu memang murah, harganya murah, dan juga murah... (jadi intinya: MURAH) untunglah kami bukan geng borju yang senang kongkow-kongkow (ceuk Kak Feri mah) di tempat mahal. dimanapun tempatnya, minumnya teh botol sosro. walaupun saya kurang suka ke braga karena memang yaaah gak ada lagi yang bisa dilakukan disana selain menonton film tapi ya sudahlah, memang tujuannya untuk itu, kok.

tapi detik berikutnya saya sangat bersyukur karena kami memutuskan untuk menonton di Braga, dan bukannya di Ciwalk, BSM, apalagi di PVJ. karena... oh tidak. jalan-jalan bersama mereka ini rasanya kayak abis family gathering terus jalan-jalan ke Mol. ribut banget! kami saling meng-katro-katro-kan satu dan lainnya, bicara terus sepanjang jalan, dan sampai-sampai kami menjarah lift. 'menjarah' dalam hal ini berarti menguasai lift dan membuat orang lain yang naik lift bersama kami merasa seolah mengontrak di dalamnya. malu sih. malu-malu in banget malah. tapi tetep enggak ada yang bisa mengalahkan rasa malu semenyenangkan ini. mereka memang ajaib!

'Captain America atau Get Merit 3?'

itu isi sms Kak Yoga yang udah pergi duluan membeli tiket sementara kami masih kongkow-kongkow depan mushalla selepas shalat maghrib. pelis yah... dari awal kita itu sebenarnya bimbang antara nonton Captain America atau Final Destination 5 yang sialnya baru muncul waktu midnight. perempuan mana yang mau diajak nonton pas midnight coba? #IniBukanSepetan... eh tau-tauk sekarang Kak Yoga mencetuskan opsi lain: Get Married 3.

Kak Yoga memang suka aneh-aneh, di kosannya bahkan ia menyimpan dvd film-film 'KEREN BET' Indonesia, seperti misalnya Diperkosa Setan, Pocong VS Kuntilanak, dan semacamnya. jadi ndak aneh kalo Kak Yoga pengen Get Merit 3. tapi sayangnya Kak Yoga ngajak orang yang salah... maaf ya Kak Yoga, mungkin lain kali. dengan orang yang mau diajak nonton begituan juga. :)

singkat cerita, kami nonton. duitku sih sudah mulai menipis jadi nggak jajan popcorn deh, soalnya Kak Yoga beli sih, jadi ikut nimbrung saja :D tapi terus habis, dan Kak Yoga ngajak beli lagi. saya nyumbang 2ribu, Dilia 2ribu, Kak Yoga juga 2ribu. patung-patung sing penting kumpul yo bli?

di dalam bioskop saya menahan diri sangat luar biasa untuk membuat mata saya tetap terbuka lebar dan memahami jalannya cerita. bahkan wajah tampan rupawan Chris Evans di layar besar itu gak menghentikan rasa kantuk saya yang kian lama kian bertambah apalagi setelah melihat kenyataan bahwa film Pahlawan dari Amerika itu tidak sebagus yang saya perkirakan. too much dialog, less action. mungkin akan berbeda keadaannya jika film itu saya tonton di siang hari sambil nyemil paha ayam di tengah-tengahnya... tapi malam-malam begini, dengan suhu ruangan yang sama dinginnya kayak Dago Atas di pagi hari, cukup membuat mata saya seakan terpejam sedikit di tengah cerita.

beres nonton, ada lagi orang iseng yang bilang gini, 'habis ini ke madtari, yuk!' pingin sekali rasanya saya tampol orang yang mengusulkan ide itu sambil menawarkan perjanjian bahwa saya gak akan menampol dia asalkan dia mau membayari roti madtari saya... tapi rencana itu tidak jadi tersampaikan, karena detik berikutnya yang saya sadari, ternyata kami sudah sampai di madtari! dengan pemandangan ramainya Dago di waktu malam, anak muda nongkrong-nongkrong di tepiannya, sepeda fixie warna-warni, serta ABG yang sibuk mendendangkan lagu di lampu merah guna mengharap tambahan uang untuk pensi sekolah mereka.

tanpa ada sedikit pun keinginan untuk bergabung dengan kerumunan itu, geng pengajian kami melangkah memasuki Cafe Madtari, yang bisa dibayangkan ramainya di tengah malam minggu yang mulai larut itu. masing-masing dari kami memesan beraneka macam makanan dan minuman, kecuali kami ber4 yang kasian pak kasian, gak punya uang... saya, Dilia, Tara, dan Ka Anwar memesan satu roti keju strawberry dan dibayar kami ber4 patungan. #pedihbetpedihhh...

setelah ngobrol-ngobrol, cekakak-cekikik, sambil tetap membahas sedikit isu kampus, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, saatnya Teletubbies berpisah... kami pun berpencar kembali ke habitatnya masing-masing. saya tentu menumpang kembali di kosan Dilia-Tara karena esok paginya harus mengikuti olahraga rutin panitia Ospek. jadi saya putuskan untuk izin menginap saja.

nah, begitulah. capek ya... kamu yang baca saja capek, apalagi saya yang menulis. sekian, kalau ada kata-kata saya yang kurang berkenan hubungi saya saja. akan saya ralat sebisa mungkin. terima kasih ya, untuk yang sudah membaca, senangnya bisa berbagi. selamat malam :))

8:20 PM 9/25/2011

undefined

wiken ter-asyik versi on the spot (part hiji)

Bismillah... kemarin (tapi boong, gak kemarin ding), 17 September 2011 adalah salah satu hari paling menyenangkan sepanjang sejarah hidup saya. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat kami, (STT Tekstil) lagi, untuk kedua kalinya mengadakan acara halal-bihalal sekaligus silaturahmi. Kenapa dua kali? Acara HBH pertama kali sudah sukses dilaksanakan Jumat, 9 September lalu di kosan Kak Yoga.

Agenda acara HBH yang pertama ini cuma ngobrol, tuker-tukeran oleh-oleh, pamer leptop dan gadget bedug para anggota komisariat, dan menggosiiiip. Secara udah hampir sebulan nggak ketemu gitu yah, kata Kak Yoga cuma dikasih waktu dari jam 1 sampai jam 3 doang, akhirnya kita pulang jam 5. Menurut loooo? Kalo orang-orang pilihan yang masing-masing senang berbicara ini cukup dikasih waktu cuma 2-3 jam doang? Itu juga untung kita mau pergi setelah dengan halus diusir-usir Kak Yoga yang mau lamaran... eh, maksudnyamau nganterin saudaranya lamaran. Jangan suudzon dulu dong kalian!

Di HBH yang pertama itu kita membahas soal rencana silaturahmi bareng alumni HMI yang terinspirasi dari kesuksesan acara HMI Berbagi kemarin yang berhasil mendatangkan dana yang cukup ‘Alhamdulillah yah...’ dan bincang-bincang alumni bareng Pak Gunawan, Bu Ida dan suami, Kang Tisna, serta anak mereka yang nggak bisa bahasa Indonesia itu. Ngomong sama si kecil.... nggggg.... siapa namanya saya lupa! (belakangan inget namanya Sheilla). Bikin saya merasa bahasa inggris saya cupu abis. Anak sekecil itu bahasa Inggrisnya udah kayak Justin Bieber kalo ngomong di inpohteimen... gancang pisan coy. Yah tapi wajar sihyaaaaa, si kecil bule yang imut itu besar di New Zealand. Jelas beda dong sama saya yang seumur-umur cuma tinggal di kota pesisir yang pantainya enggak pernah sepi sama ubur-ubur, sampah, dan orang pacaran. Jelas perbedaan yang gamblang dan tidak bisa disamakan.

Rencananya HBH itu bakal dilaksanakan tgl 17 Sept dan bertempat di... hatimu.... emmm, ada beberapa alternatif pilihan tempat sih, dari mulai: Ampera, Kedai Mangga (fyi saya yg ngusulin loh, soalnya kemarin baru ditraktir Iyulin makan disini pasca deseu wisudaan. Angetan cyiiiin ;p), dan Resep Eyang... eh Resep Moyang... eh Resep si Sayang (-___-). Oke, saya bukan Ceceu Dilia, bukan juga stand-up comedian, jadi saya nggak bakal ngelucu disini. Saya cuma mau nemu jalan lurus menuju hatimu...

akhirnya Kak Yoga yang berkeputusan untuk memilih Kedai Mangga (depan Hotel Horison, Buah Batu, Bandung) sebagai lokasi kopi darat kita dan alumni HMI itu. Sebenarnya saya agak bingung, gimana bisa disebut Kedai Mangga kalau disitu bahkan nggak ada pohon mangga? Tapi saya pilih untuk tidak memikirkannya dan mulai memutar otak untuk berpikir bagaimana saya punya uang untuk makan di rumah makan sunda berkedok mangga itu pakai duit sendiri (tanpa ditraktir) -____- kasian bet kasian si qisti... tapi syukur Alhamdulillah rupanya ada subsidi 10ribu per orang dari kas komisariat. Kita cuma disuruh nombok 15ribu. Etapi masih lebih enakan makan dirumah sihyaaaaa, haratisss.. *pelitbetpelit*

Sekarang kita mulai masuk pada kronologis cerita HBH HMI KSTTT II ini. Iya loh, ini baru mau mulai, kenapa kalian udah pada ketiduran?! Kak Yoga ngejarkom... (tunggu dulu! Kenapa postingan ini pemeran utamanya Kak Yoga? Kenapa sih kenapa? Ini kan bukan blognya dia!) katanya kita disuruh kumpul di kampus jam setengah 12. Tapi kalo mau berangkat sendiri ke Kedai Mangga, ketemu disana jam setengah 1.

Weiiits, mengingat dari pengalaman waktu acara wisudaan Iyulin itu... saya mempelajari bahwa Kedai Mangga, depan Hotel Horison Buah Batu, Bandung itu sangat tidak ANGKOT-able saudara-saudara! Satu-satunya jalan kita untuk mencapainya adalah... dengan naik damri. Saya sih bukannya nggak mau disuruh naik angkutan umum, tapi malasnya itu lho... malas jalan kaki ke Supratman... malas nungguin dia datang... malas naik-turun... malas ngeluarin duit 3ribu ;p haha pokoknya malas. Jadilah saya berangkat agak pagian, jam setengah 12 kurang 5 menit!

Tapi ternyata jalanan macet sodara-sodara. Saya lupa ini wiken. Saya lupa kalau wiken itu warga Bandung dianjurkan untuk diam dirumah saja dan memberi kesempatan pada pendatang untuk menjelajahi dan menghancurkan kota bandung dengan kemacetannya. Saya juga sebenarnya pendatang sih, tapi dalam hal ini saya mau nge-klaim kalo saya warga bandung aja, biar bisa ikut nyalah-nyalahin pendatang (esp. Warga Jakarta yang berpelat nomor B) yang hobinya sama banget sama si Komo: bikin jalanan macet.

Balik ke topik savalas... eh? Saya jam setengah 1 itu masih di jalan lho sodara-sodara, terpaksa dengan berat hati... seberat cintaku padamu... saya sms Kak Yoga. (dia lagi, dia lagi!)

‘kak, qis masih di jalan. Kalo mau duluan, duluan aja gpp. Qis bareng tante kok.’

Itulah yang disebut dengan white lies, saudaraku. Mana ada saya bareng sama tante. Ada juga saya bareng supir angkot yang GR nya nggak ada dua, liat orang berdiri di pinggir jalan langsung berhenti ditawarin ngangkot! Padahal kan bisa aja orang itu nunggu taksi... nunggu pacarnya, atau nunggu ajal. *Astaghfirullah maaaaaf*. Terkadang berpura-pura kalau keadaan kita baik-baik saja jauh lebih baik daripada justru membuat orang lain merasa terbebani dan menunggu dgn tidak enak hati.

Tapi terus gak disangka-sangka Kak Yoga bales, ‘udah gpp santai aja kita brngkt jam 12.45 kok.’

Alhamdulillaaaaaah. Baik banget si Kak Yoga itu. Udah ganteng, pinter, rajin nabung, baik hati lagi :’> saya pun melanjutkan perjalanan dengan angkot sambil bersiul-siul santai. Tapi ternyata beberapa saat kemudian ada lagi sms dari Kak Yoga,

‘qisti, asep cepetan. Ini tinggal nunggu kalian!’

saya terdiam.
INI MANA BAGIAN SANTAINYA WOY??? Katanya disuruh santai? Disuruh tenang pasti ditungguin?? Saya pun mengamuk, mengambil alih kemudi supir angkot dan melaju dengan kecepatan maksimal menuju kampus. etapi bohong.

Beruntung saya nyampe di kampus tepat waktu. Enggak tepat-tepat amat juga sih. Yang jelas muka mereka-mereka yang udah nungguin saya hampir satu jam setengah itu sedikit agak ditekuk, diputar, dijilat, dan dicelupin kayak oreo.

Yah, kalau Kak Feri yang dalam postingannya yang ini mengatakan kalau si qisti diem aja, gak kaya biasanya... walopun tetep cantik sih kayak biasanya. Itu bisa diduga disebabkan oleh:

1. Dateng telat ke acara apapun itu sangat nggak kewl loh saudara-saudara. Kamu diliputi perasaan bersalah, nggak enak karena bikin orang lain nunggu, dan secara gak langsung merasa terdiskriminasi oleh tingkah orang-orang yang biasanya langsung jadi asyik sendiri tanpa menghiraukan si terlambat waktu seolah-olah itulah hukuman yang sangat tepat baginya. Plis... it was so humiliating. Hiks... wajarlah kalau sampai beberapa jam setelahnya saya masih agak sulit untuk berbaur.
2. Saya merasa gak ada kecocokan antara the whole outfit yang saya kenakan hari itu dengan sepatu saya. Ketidak matchingan itu bisa membuat badmood, you know. Atau yah, at least badmood buat saya saja.
3. Galau men, sejak semalam. Pokoknya yang baca tweet atau status fesbuk saya malam itu pasti tau kalau saya lagi galau. Apa? Ga peduli? Yaudah deh iya.... pedih bet pedih hidup gue.
Lanjut ah, beruntungnya saya dapet tebengan dari Ketum Himatteks, Kak Dena yang ganteng, baik hati, dan tidak sombong itu (sengaja dipuji supaya lain kali bisa minta nebeng lagi. Hehe :p) saya termasuk beruntung sih (atau cepat bertindak?) karena rupanya si ceu Dilia dan ceu Tara terpaksa menunggu putaran berikutnya karena kehabisan tebengan. Dudududuh, untung para cowok-cowok HMI ini nggak kepikiran untuk buka usaha jadi tukang ojek, kalau nggak sudah kayalah mereka, dan bangkrutlah kita...

Perjalanan dilanjutkan. Perjalanan baru seperempatnya, dan obrolan basa-basi dengan Kak Dena pun baru mencapai tahap pembukaan ketika tiba-tiba hujan datang keroyokan. Kak Dena nggak bawa jas hujan, dan saya pun lupa nggak membawa payung. Tapi walaupun saya bawa payung juga kayaknya saya masih cukup waras untuk nggak menggunakannya diatas motor dengan helm yang masih terpasang di kepala.

Kak Hendi-Teh Ami menepi, begitu pula Kak Feri dan Fitpur. Karena dikira mereka mauk jajan dulu sebelum ke Kedai Mangga, kami pun ikut menepi (saya dan Kak Dena) tapi rupanya mereka cuma berteduh. Sayang Kak Dena lupa kalau nggak cuma orangnya aja yang harus berteduh, si motor dibiarkan mencium air hujan yang berjatuhan. Kasihan banget si motor.

Disitu kata Kak Feri sih masih tetep berkata dalam pikirannya bahwa ‘si qisti masih diem aja, aneh gak kaya biasanya. gatau tuh kenapa. Biar aja deh..’

padahal saya sih sudah lupa faktor-faktor yang membuat kebetean diatas tadi. Saya cuma bingung aja mau ngapain. Liat Kak Hendi-Teh Ami diem-dieman, sementara Kak Feri-Fitpur ngobrol seru. Saya mau ikutan ngobrol seru, tapi nggak enak sama Kak Dena yang juga terdiam karena satu dan lain hal. Merasa simpatik atas kebungkamannya jadilah saya tergerak untuk menemaninya mengobrol ringan. Tapi ternyata....


BERSAMBUNG
(JENG-JENG!!!!!)


undefined

Babakan Siliwangi Jadi Hutan Kota Dunia

BANDUNG, KOMPAS.com — Babakan Siliwangi, hutan kota seluas 3,8 hektar yang terletak di jantung Kota Bandung, bakal diresmikan sebagai hutan kota dunia pertama di Indonesia. Selanjutnya, hutan kota itu harus didorong sebagai ruang publik yang dimanfaatkan dan digunakan bersama-sama.

Peresmian dilakukan pada 27 September bersamaan dengan Konferensi Lingkungan Anak dan Pemuda 2011 yang dihadiri Wakil Presiden Boediono serta duta besar dari negara sahabat. Acara yang diikuti 1.000 pemuda dari berbagai negara ini juga bakal dihadiri atlet internasional Samuel Eto’o dan Maria Sharapova.

Penetapan sebagai hutan kota dunia adalah awal, tinggal bagaimana masyarakat bisa membuatnya sebagai ruang publik,” kata Ridwan Kamil dari Bandung Creative City Forum (BCCF).

Ridwan menerangkan, Babakan Siliwangi atau biasa disingkat dengan Baksil adalah kawasan hutan yang bersebelahan dengan Institut Teknologi Bandung dan menjadi daerah resapan untuk Sungai Cikapundung yang mengalir ke Sungai Citarum. Selama itu, daerah tersebut terbengkalai karena Pemerintah Kota Bandung menunjuk pihak swasta untuk mengelolanya menjadi resor kuliner, tetapi mendapat protes dari warga.

Dalam rencana tata ruang wilayah Kota Bandung, lokasi tersebut dimungkinkan sebagai daerah komersial.

Pihak BCCF telah memiliki desain penataan Baksil sebagai hutan kota setelah menggelar sayembara untuk kategori anak dan dewasa. Penggarapan sudah dimulai dan diawali dari pengelupasan jalur aspal sepanjang 400 meter yang mengitari wilayah tersebut.

Menurut Ridwan, penetapan ini adalah hasil dari pengajuan dari Kementerian Lingkungan Hidup kepada United Nations Environment Programme (UNEP). Bandung berhasil menyingkirkan Jawa Tengah dan Bali dalam penentuan tuan rumah. Sebelumnya, sempat diajukan opsi selain Baksil, yakni Taman Tegallega dan Bandung Pakar.

Ketua Wahana Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat Dadan Ramdan mengatakan, Babakan Siliwangi adalah ruang publik yang memang seharusnya dikuasai publik untuk dipakai bersama. Selain fungsi itu, Baksil juga memiliki fungsi vital di Cekungan Bandung karena menjadi daerah resapan air.

Di dalam Baksil, lanjut Dadan, terdapat mata air yang masih mengalir. Pihaknya juga mencatat terdapat 14 jenis burung dan 3 jenis primata endemik, serta 48 jenis pohon.

Supardiyono Sobirin dari Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) mengungkapkan, penunjukan Baksil sebagai hutan kota dunia oleh PBB adalah tanggung jawab yang harus diemban bersama-sama. Baksil adalah milik publik yang harus dirancang dari masyarakat juga.

Menurut catatan Kompas, Babakan Siliwangi dahulu dikenal dengan nama Lebak Gede atau berarti lembah besar. Di sebelah selatan, berdiri Kebun Binatang Bandung dan di sebelah barat ada gelanggang olahraga milik ITB, Sasana Budaya Ganesha. Pembangunan yang dimulai sejak 1971 dengan pembangunan restoran di dalam Babakan Siliwangi kemudian dilanjutkan dengan pusat penjualan jins di sepanjang Cihampelas yang merangsang tumbuhnya permukiman di sekitarnya.

Sumber: Harian Kompas

Sept, 27th



undefined

The Deepest Message From "500 Days Of Summer"






Image and video hosting by TinyPic


undefined

Sunday, September 18, 2011

lie-fe updates!

hmm... how's the life going on internet, peeps? hidupku di bandung ini nggak lepas dari kuliah, praktek, tugas, rapat, organisasi, dan keluarga. susah banget lho curi-curi waktu buat sekedar ngeblog. selain karena males ke warnet, saya juga males ngetik, males mikir, males bayar warnet, males males males... -___-

somehow padahal saya udah download sebuah program unik di leptop loh pemirsahhh, namanya iDiary. semacam diary gitu tapi ada i nya *wopoiki*. jadi (seharusnya) saya bisa nulis-nulis cerita harian saya di diary elektronik itu. asik! selain karena programnya itu cukup rahasia (ada password di gerbang menuju ke dalam diary itu) jadi kecuali kamu hacker jago, atau tukang intip password orang, iDiary ini cukup aman untuk digunakan orang-orang yang hobinya mengabadikan aib yang terjadi melalui tulisan seperti saya ini.

omong-omong blog ini mulai banyak diakses teman-teman saya lho. dan saudara-saudara saya. dan dosen-dosen saya (ok, this thing isn't good at all). selain karena blog ini kebanyakan cerita mengenai betapa menyedihkannya kehidupan galau masa muda saya, saya juga sering cerita blah-bleh-bloh tanpa sempat disaring tentang orang-orang terdekat saya. contohnya post yang menceritakan teman-teman... eh, organisasi... eh, saudara... eh, keluarga saya di kampus yang saya tulis beberapa waktu lalu (post yang ini).

mereka bilang blog saya bagus :') mereka bilang tulisan saya tentang mereka bagus :') mereka bilang pacar baru saipul jamil bagus :') *wuopooo*. sempet sih pas dikomentarin begitu sama mereka kepingin bilang 'KEMANA AJA WOOOY! baru tau sekarang! udah sering kalik gue nulis-nulis tentang lo-lo pade.' tapi yang terucap dari bibir yang kadang-kadang gak bisa diajak kompromi ini cuma senyum malu-malu dan 'aaah enggak kooook... makasyiiiiiih ;3'

tapi gara-gara itu juga ada di antara mereka yang minta royalti ke saya karena sudah memuat profil mereka tanpa izin. DEG!! jangankan buat bayar royalti... buat bayar tagihan di warnet pun saya enggan. dan ada juga yang post profil bagian mereka minta diralat... haduh, penilaian orang kok minta diralat-ralat ;p dan ada juga orang iseng yang menyebar-nyebarkan link blog ini sampe-sampe blog post (terutama yang kemarin itu) dibaca oleh hampir seluruh penghuni kampus. ehem... terus juga ada yang ujung-ujungnya minta diajarin bikin blog, dan nyari contohnya adalah dengan....... MEMBACA-BACA POSTINGAN LAMA SAYA. jengjeeeng! oke. imej saya mendadak hancur.

tapi yah, Alhamdulillah... (fyi: kata 'Alhamdulillah yah, sesuatu banget...' itu udah nggak lucu lagi. PLIS.) diambil hikmahnya saja, dan akhirnya...... mereka akhirnya mengakui kemampuan jurnalistik saya (yang padahal cuma setara sama pengisi kolom lelucon di koran hari minggu) ini dan mengamanahkan saya untuk membuat blog HMI dan mengisi buletin HMI. hayaaaah! apakah saya mampu? apakah tulisan saya akan menimbulkan kontroversi? apakah mereka akan sudi membaca tulisan saya? apakah saipul jamil akan segera mendapatkan pendamping hidupnya yang baru? biarlah waktu yang menjawab segala bimbang...

nah kan, mulai melebar kemana-mana ini tulisan. sebaiknya dicukupkan sekian dulu update kehidupan saya, sebelumnya saya mohon maaf kalau jarang mengupdate blog ini karena bang ipul baru saja kehilangan istrinya. saya merasa kurang sopan kalo terlalu sering menulis hal nggak penting di blog ini sementara bang ipul berduka. yah, semoga bang ipul diberi ketabahan dan tetap bertawakal kepada Allah SWT. amiiin. yah, kenapa jadi ngomongin bang ipul? nngggg... Qisthie Cinintya, pamit!


undefined

Sunday, September 04, 2011

more gathering, more joy.

Photobucket

Photobucket

BANI HASAN ALI family gathering at Ciledug, Cirebon.
like other family gathering, pada acara tahunan yang diselenggarakan tiap lebaran ini keluarga besar saya punya tradisi sendiri. dimulai dari makan makanan khas kampung sini, forum tempat sharing, berbagi cerita, berbagi pengalaman antar anggota keluarga, pengundian pemenang arisan, sesi pemotretan yang anehnya tiap tahun selalu tidak resmi (dengan fotografer Oje dan A' Zean), dan akhirnya acara puncak yang ditunggu-tunggu yaitu acara pecah celengan, atau yang sekarang lebih sering dikenal dengan, bagi amplop. walaupun acaranya jadi tidak seramai dulu waktu masih jamannya pecahin celengan, tapi hal ini tetap menyenangkan. terutama karena kami mendapat uang ;)

Photobucket

Fatih Alghomam Lisudur, asik sepupu saya yang baru kelas 2 SD rupanya disunat, bertepatan dengan hari ke 3 lebaran tahun ini. coba lihat iring-iringan becak yang ditumpangi pengantin sunat kemudian diiringi oleh nyanyian genjring (marawis) dan diikuti oleh rombongan keluarga yang sengaja menunggu kedatangan si anak sunat di alun-alun masjid dan berjalan/naik becak sampai ke rumah.

Photobucket

kakak dan adik sepupu yang usianya (hampir) sebaya dengan saya. kami sudah kenal sejak lahir sehingga kami menjadi kompak dan sangat dekat satu dan lainnya.
(dari kiri ke kanan : Monika, Yulin, Antika, saya, Mariska, dan Sabrina.)

Photobucket
happy Ied!



undefined

joy;)

been in the merely precious moment with family last Ied Fitr day ;)

Photobucket
Photobucket
Photobucket

Photobucket

the rarely sweet sis-bro-hood moment with my little brother, pics were taken by my father.

Photobucket

believe it or not but I made this delicious blackforest cake by myself. with a little help from my mother of course, hehe.

Photobucket

looks yummy, want some? ;)


September 5

undefined

Happy Ied :)

HAPPY IED MUBARAK
1432 H. Mohon Maaf Lahir dan Bathin :)